JK memohon supaya penduduk berhemat. " Barang lux misalnya. Mungkin banyaknya tidak besar, tetapi butuh untuk memberikan keyakinan pada penduduk jika suasananya saat ini situasi berhemat, situasi kita tak perlu import lux, " kata JK di kantornya, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (4/9/2018).
Diluar itu, dia juga memohon pada penduduk supaya tidak beli mobil elegan, dan minyak wangi mahal untuk sekarang ini.
" Tidak perlu Ferarri, Lamborghini masuk dalam negeri, tidak perlu mobil-mobil besar serta elegan, tidak perlu parfum-parfum mahal. Tas-tas Hermes. Meskipun sedikit, janganlah dalam kondisi susah ini, penduduk luxuries begitu, " tutur JK.
Awal mulanya Presiden Joko Widodo mengundang Menteri Koordinator bagian Perekonomian Darmin Nasution serta Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo untuk mengulas tentang pelemahan nilai ganti rupiah.
Dia menyampaikan, dalam pertemuan itu Presiden Jokowi memohon jangan pernah pelemahan rupiah menyusahkan jalannya usaha di Indonesia. Diluar itu, beberapa menteri juga disuruh mengawasi supaya investasi asing tidak keluar dari Indonesia.
" Berarti konsen pemerintah tentunya pertama kali. Jangan pernah rupiah, lalu kurs buat usaha jadi sulit digerakkan serta investasi asing di portofolio mulai pada keluar, semakin banyak mengarah itu. Ya, politiknya tentunya tidak ulas, yang dibicarakan ekonominya, " tutur Menko Darmin.
Pertemuan itu juga mengulas tentang efektivitas upaya-upaya yang sudah dikerjakan oleh pemerintah dalam rencana mengawasi fluktuasi nilai ganti rupiah. Beberapa salah satunya perubahan devisa hasil export (DHE), biodiesel 20 % (B20) serta export batu bara.
" Presiden membahas serta bertanya perubahan beberapa langkah kebijakan yang telah diambil terpenting tentang kurs rupiah, bertanya tentang seperti apakah perubahan masalah DHE, masalah B20, masalah export batu bara, masalah kebijakan import yang tengah dibicarakan di Keuangan, " tuturnya.
Bekas Direktur Jenderal Pajak itu juga menyampaikan, pemerintah selalu mengemukakan langkah stabilisasi yang sudah dikerjakan pada penduduk. Hal seperti ini untuk hindari asumsi jika pemerintah belumlah lakukan langkah apapun dalam menahan pelemahan nilai ganti mata uang dalam negeri.
" Presiden menyampaikan jangan pernah kalian telah kerjakan suatu, penduduk katakan belumlah. Komunikasinya bagaimana, tidak hanya komunikasinya juga monitoringnya. B20 bahkan juga TKDN telah ngomongin ini 2 tahun bermakna monitoringnya bagaimana? Janganlah sampai B20 juga sama lagi, " katanya.
Menteri Koordinator Bagian Perekonomian Darmin Nasution memohon penduduk tidak untuk memperbandingkan nilai ganti rupiah sekarang ini dengan waktu krisis 1998. Karena, kondisinya begitu jauh berlainan.
Darmin menyampaikan, walau nilai ganti rupiah saling tembus Rp 14 ribu, tempat awal rupiah jauh berlainan. Pada 1998, rupiah tembus Rp 14 ribu sebelumnya setelah ada di tempat Rp 2. 800 per dolar Amerika Serikat (AS).
" Gini deh, janganlah dibanding Rp 14 ribu saat ini dengan 20 tahun kemarin. Pada 20 tahun lantas berangkatnya dari Rp 2. 800 ke Rp 14 ribu. Saat ini dari Rp 13 ribu ke Rp 14 ribu. Tahun 2014, dari Rp 12 ribu ke Rp 14 ribu. Tujuan saya, langkah memperbandingkan juga, ya dijelaskan-lah.
Tidak sama kenaikan dari Rp 13 ribu ke Rp 14 ribu demikian dengan dari Rp 2. 800, " tutur dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/9/2018). Diakuinya heran dengan beberapa pihak spesifik yang tetap membanding-bandingkan nilai ganti rupiah sekarang ini dengan waktu krisis.
" Saya heran itu ada artikel di salah satunya wartawan internasional yang memperbandingkan itu tembus angka paling rendah 1998-1999. Eh, masalah tahun 1998 itu enam kali lipat itu, " katanya.
Baca juga : harga terbaru
Lihat juga : harga keramik
Darmin mengatakan, sekarang ini keadaan ekonomi Indonesia tambah lebih baik dibanding pada 1998. Walau sekarang ini salah satunya kekurangan yang dihadapi Indonesia, yakni masalah transaksi berjalan yang defisit.
" Kita mendasar ekonomi masih tetap oke. Kekurangan kita cuma transaksi berjalan yang defisit, berapakah? 3 %. Lebih kecil dari 2014, yakni 4, 2 %. Masih tetap lebih kecil dari Brasil, Turki, Argentina, itu-lah.
Benar, kita lebih kecil. Coba yang lainnya, inflasi. Di Argentina berapakah? Saat ini 30 persenan, satu tahun waktu lalu 60. Kita bagaimana? Justru deflasi. Perkembangan, oke kita 5 koma %, " jelas dia.
Oleh karenanya, bila disaksikan dari bagian manakah juga, katanya, keadaan ekonomi Indonesia masih tetap tambah lebih baik dibanding 1998.
" Disaksikan dari pojok manakah juga. Walau juga kita ada defisit transaksi berjalan, ini bukan penyakit baru. Dari 40 tahun waktu lalu transaksi berjalan ini defisit. Memang ini agak besar, tetapi tidak setinggi 2014, tahun 1994-1995, tidak setinggi 1984. Tolong membacanya, membandingkannya yang fair, " tandas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar