Perkembangan usaha property pada kuartal I/2019 yang melambat ini tidak terlepas dari rendahnya keinginan. Per Maret 2019, credit property yang terdiri atas KPR, credit kepemilikan apartemen (KPA).
Credit konstruksi tertera tumbuh 17,10 % dengan tahunan. Perolehan itu lebih rendah dibanding dengan perkembangan credit property pada bulan awalnya yang sampai 17,90 % dengan tahunan.
Data Analisa Uang Tersebar Bank Indonesia per Maret 2019 tunjukkan, credit mengonsumsi tumbuh 8,90 % dengan tahunan.
Perkembangan itu lebih rendah dibanding dengan perkembangan pada bulan awalnya yang sampai 9,60 % dengan tahunan.
Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto menjelaskan jika penjualan property memang kelihatan alami penurunan pada kuartal I/2019.
Salah satunya tanda perlambatan bidang property dapat disaksikan dari produk baru yang dikeluarkan oleh pengembang yang menyusut harga lantai kayu pada kuartal I/2019.
Dengan historis, keadaan bidang property yang telah melambat semenjak lima tahun paling akhir.
Oleh sebab penjualan belum bagus, rata-rata pengembang konsentrasi jual produk existing dibanding mengeluarkan produk baru tuturnya seperti dikutip tempo hari.
Diluar itu, tanda yang lain menurut Ferry ialah telah kurang menariknya property jadikan jadi produk investasi.
Dengan harapan return yang tidak tinggi, produk investasi dengan return tinggi semakin lebih dilirik, contohnya saja produk dari bidang keuangan.
Saat ini keadaannya lebih pada ekonomi. Return property seputar 6 %, bila pasar sewa tidak aktif return pun tidak harga asbes dapat begitu tinggi.
Barang yang ingin disewa kan banyak, lawannya banyak, sesaat harga sewa tidak dapat dibanderol begitu tinggi" jelas Ferry.
Ferry memproyeksikan akselerasi perkembangan bidang property akan memerlukan waktu, mungkin seputar enam bulan sampai satu tahun ke depan.
Tetapi dalam periode pendek, Ferry memandang gerakan ini tidak relevan, berarti akan sama juga dengan keadaan sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar